Rabu, 03 Juli 2013

PUM I (Psikologi Pendidikan)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A.    Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori, konsep dan metode sendiri. Hal ini terbukti dengan banyaknya hasil-hasil riset psikologi lainnya yang diangkat menjadi teori, konsep dan metode psikologi pendidikan.
Salah seorang yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber seorang guru besar psikologi yang memandang psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
1.      Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2.      Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
3.      Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
4.      Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
5.      Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara efektif. Tardif mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai sebuah bidang studi yang berkaitan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan, yang ruang lingkupnya meliputi :
1.      Context of Teaching and Learning
2.      Process of Teaching and Learning
3.      Outcomes of Teaching and Learning

Selanjutnya Witherington dalam bukunya Educational Psychology memberikan defenisi psikologi pendidikan sebagai studi sistematis tentang proses-proses dan factor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian, yaitu :
1.      Siswa
Orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, factor yang mempengaruhi dan prestasi yang dicapai.
2.      Guru
Orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode, model, strategi dan lainnya yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.

Menurut beberapa ahli, psikologi pendidikan merupakan subdisiplin ilmu psikologi yang bersifat praktis bukan teoritis karena tidak memiliki konsep, teori, dan metode sendiri. Namun hal tersebut ditentang oleh Whiterington yang menyatakan psikologi pendidikan sebagai sebuah sains telah memiliki hal-hal berikut ini :
1.      Susunan prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran dasar yang tersendiri.
2.      Faktor-faktor yang bersifat objektif dan dapat diperiksa kebenarannya.
3.      Teknik-teknik khusus yang berguna untuk melakukan penyelidikan dan risetnya sendiri.

Semua pertentangan di atas melahirkan definisi psikologi pendidikan yang pada asasnya merupakan sebuah disiplin psikologi yang menyeldiki masalah-masalah psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.
 
B.     Arti Penting Psikologi Pendidikan
Menjadi sebuah keharusan bagi pendidik professional untuk melaksankan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didiknya, dalam hal ini tidak mengurangi peranan didaktik dan metodik psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia.
Disamping psikologi pendidikan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini berkembang pula pengetahuan sejenis tetapi lebih sempit yang disebut “didaksologi” yang merupakan subdisiplin psikologi pengajaran. Beberapa hal penting mengenai kajian psikologi pendidikan antara lain :
1.      Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologis.
2.      Hasil-hasil temuan riset psikologis tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa sehingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, metode-metode serta strategi-strategi yang utuh.
3.      Konsep, teori. Metode dan strategi tersebut kemudian disitematisasikan sedemikian rupa hingga menjadi rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam proses belajar-mengajar.

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam mempelajari psikologi pendidikan adalah :
1.      Lindgren menyatakan manfaat psikologi pendidikan membantu mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
2.      Chaplin menyatakan manfaat psikologi pendidikan adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis.

 Dari dua pendapat di atas dapat didisimpulkan bahwa secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dibawah ini adalah 10 jenis kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi yaitu :
1.      Seleksi penerimaan siswa baru
2.      Perencanaan pendidikan
3.      Penyusunan kurikulum
4.      Penelitian kependidikan
5.      Administrasi pendidikan
6.      Pemilihan materi pelajaran
7.      Interaksi belajar-mengajar
8.      Pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9.      Metodologi mengajar
10.  Pengukuran dan Evaluasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari psikologi pendidikan adalah :
a.       Proses perkembangan siswa
b.      Cara belajar siswa
c.       Cara menghubungkan mengajar dan belajar
d.      Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar-mengajar

C.    Sejarah, Cakupan dan Metode Psikologi Pendidikan
Sejarah singkat Psikologi Pendidikan
            Boring & Murphy pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957 memaparkan sejarah psikologi pendidikan secara sempit yang hanya dapat diimplimentasikan di wilayah Inggris. Penggunaan psikologi dalam pendidikan telah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri pada awal pemanfaatannya belum begitu dikenal, namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan.
Menurut David pada umumnya para ahli memandang bahwa Johann Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan, beliau adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oedenburg, Jerman tanggal 4 Mei 1776. Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran aliran ini adalah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu.
Dalam pandangan Herbart proses belajar-mengajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dia miliki. Aliran ini menurut Reber adalah pendahulu psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran eksperimental Wundt.
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih berkembang pesat di dataran Amerika Serikat, meskipun tanah kelahirannya adalah di Eropa, kemudian menyebar hingga ke Indonesia. Banyaknya pakar psikologi dan pendidikan yang berminat mengembangkan cabang ilmu ini terbukti dari banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern.
Kenyataan lainnya adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologis yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, diantaranya yang paling menonjol adalah :
1.      Humanisme dengan tokoh utama J. J. Rousseau, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.
2.      Behaviorisme dengan tokoh utama J. B. Watson, E. L. Thorndike, dan B. F. Skinner.
3.      Kognitif dengan tokoh utama Jean Piaget, J. Bruner, dan D. Ausubel.

Pendidikan adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi Pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.




Latar Belakang Historis
Bidang Psikologi Pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke 20. Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan.
           
William James.
Tidak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang pertama, Principles of Psychology (1980), William James (1842-1910) memberikan serangkaian kuliah yang berjudul “Talks to Teacher” (James 1899)/1993). Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium seringkali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran.

John Dewey
Tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey (1859-1952). Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi ditingkat praktis. Dewey membangun laboratorium psikologi pendidikan pertama di AS, di Universitas Chicago, pada tahun 1894.
Dewey memberikan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif (active learner), ia juga percaya bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.. Dewey juga memberikan ide bahwa pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Ia percaya bahwa anak-anak tidak seharusnya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah. Menurutnya anak-anak harus belajar agar mampu memcahkan masalah secara reflektif. Menurut Dewey semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya

E.L.Thorndike.
Perintis ketiga adalah E.L.Thorndike (1874-1949), yang memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah (Beatty, 1998). Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran (O’Donnell & Levin, 2001).

Diversitas dan Psikologi Pendidikan
Tokoh yang paling menonjol dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria kulit putih, seperti  James, Dewey. Dan Thorndike. Sebelum adanya perubahan undang-undang dan kebijakan hak-haksipil pada 1960-an, hanya ada sedikit tokoh non-Kulit Putih yang berhasil mendapat gelar dan bisa menembus rintangan diskriminasi rasial untuk melakukan riset di bidang ini (Banks, 1998). Dua tokoh Amerika keturunan Afrika yang menonjol di bidang psikologi pendidikan adalah Mamie dan Kenneth Clark, yang melakukan riset tentang identitas dan konsep diri anak-anak Afrika-Amerika.

Perkembangan Lebih Lanjut
Dalam ilmu pskologi Amerika, pandangan B.F.Skinner (1938), yang didasarkan pad aide-ide Thorndike, sangat mempengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Pada tahun 1950-an, Skinner (1954) mengembangkan konsep programmed learning (pembelajaran terprogram) yaitu setelah murid melalui serangkaian langkah ia terus didorong untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Akan tetapi muncul keberatan terhadap pendekatan behavioral yang dianggap tidak memperdulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik di kelas (Hilgard, 1996). Sebagai reaksinya, pada tahun 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian kognitif yang mencakup pengingatan, pemahaman, synthesizing dan pengevaluasian, yang menurutnya harus dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya (Bloom & Krathwol, 1956).

Cakupan Psikologi Pendidikan
            Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar, tingkah laku mengajar, dan tingkah laku belajar-mengajar. Ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan adalah teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu dan berbagai aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses belajar-mengajar. Secara garis besar banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam :
a.       Pokok bahasan mengenai ‘belajar’ yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri-ciri perilaku belajar siswa.
b.      Pokok bahasan mengenai ‘proses belajar’ yaitu tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
c.       Pokok bahasan mengenai ‘situasi belajar’ yaitu suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.

Sementara itu Samuel Smith menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut :
1.      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
2.      Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir
3.      Lingkungan yang bersifat fisik
4.      Perkembangan siswa
5.      Proses-proses tingkah laku
6.      Hakikat dan ruang lingkup belajar
7.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
8.      Hukum-hukum dan Teori-teori belajar
9.      Pengukuran
10.  Transfer belajar
11.  Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran
12.  Ilmu statistik dasar
13.  Kesehatan rohani
14.  Pendidikan membentuk watak
15.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah
16.  pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar

Mengenai proses belajar-mengajar, para ahli psikologi pendidikan seperti Barlow dan Good & Brophy mengelompokkan pembahasan dalam 7 bagian yaitu :
1.      Manajemen ruang belajar
2.      Metodologi kelas
3.      Motivasi siswa peserta kelas
4.      Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa
5.      Penanganan siswa yang berperilaku menyimpang
6.      Pengukuran kinerja akademik siswa
7.      Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan

Metode dan Riset dalam Psikologi Pendidikan
Riset bisa menjadi sumber informasi berharga untuk memahami strategi mengajar.



Pendekatan Riset Ilmiah
Riset ilmiah adalah riset objektif, sistematis dan dapat diuji. Riset ilmiah mereduksi kemungkinan bahwa informasi didasarkan pada keyakinan, opini dan perasaan personal. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk menemukan informasi yang akurat. Pendekatan ini terdiri dari beberapa langkah : merumuskan masalah, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, serta merevisi kesimpulan dan teori riset. Perumusan masalah adalah mengidentifikasi masalah, menyusun teori dan mengembangkan satu atau lebih hipotesis. Teori adalah seperangkat ide yang saling berkaitan dan koheren, yang berfungsi untuk menjelaskan dan membuat prediksi. Dengan teori seorang periset kemudian bisa merumuskan hipotesis, yaitu asusmsi dan prediksi spesifik yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori itu benar atau tidak. Mengumpulkan informasi (data), setelah data terkumpul , ahli psikologi pendidikan menggunakan prosedur statistik untuk memahami arti dari data kantitatif tersebut. Langkah terakhir dalam metode ilmiah adalah menarik kesimpulan dari teori riset.
            Terdapat perbedaan persepsi pada setiap generasinya, kurang lebih 45 tahun yang lalu persepsi orang khususnya para pendidik professional sangat dipengaruhi oleh aliran behaviorisme yang didasarkan pada hasil eksperimen dengan menggunakan hewan-hewan percobaan. Namun belakangan ini persepsi tersebut sudah banyak berubah seiring dengan perubahan pandangan para ahli psikologi pendidikan terhadap keabsahan (validity) dan kecermatan (accuracy) temuan riset yang menggunakan hewan-hewan tersebut.
Para peneliti bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan kini telah semakin sadar betapa dalam dan rumitnya proses berpikir siswa ketika belajar, sehingga gejala perilaku hewan percobaan tidak layak lagi digunakan sebagai analogi yang memadai. Data sebenarnya dapat diangkat dari sumbernya dengan menggunakan metode apa saja asal cocok dengan jenis, sifat, sumber atau asal-usul data tersebut.
Namun kebanyakan ahli psikologi pendidikan membatasi penggunaan metode sesuai dengan wilayh riset (aspek psikologis) dan sifat pertanyaan penelitian yang benar-benar relevan dengan kebutuhan kajian atau kebutuhan kependidikan. Adapun metode-metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Metode Eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat. Alat yang paling disukai adalah computer dengan berbagai program seperti cognitive psychology test. Metode eksperimen yang sering digunakan bertujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan dari kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan metode lain. Metode ini juga dianggap sebagai metode pilihan karena data dan informasi yang dihimpun lebih bersifat definitive (pasti) dan saintifik (ilmiah). Dalam penelitian ini subjek dibagi menjadi kedalam dua kelompok yaitu keompok percobaan dan kelompok eksperimental.
b.      Metode Kuesioner
Metode kuesioner disebut juga sebagai metode “mail survey” karena pelaksanaan, penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan melalui jasa pos. sebelum kuesioner disebarkan harus dilakukan try out terlebih dahulu. Penggunaan metode kuesioner lebih menonjol dibandingkan metode-metode lainnya, gejala ini muncul karena lebih banyak sampel yang bias dijangkau dan biaya per responen lebih murah.

c.       Metode Studi Kasus
Metode studi kasus merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini sering digunakan karena memberikan kemungkinan pada peneliti untuk menginvestigasi dan menafsirkan yang lebih luas dan mendalam.
d.      Metode Penyelidikan Klinis
Pada awalnya metode ini hanya digunakan pada ranah klinis namun Jean Piaget menggunakan metode ini untuk kepentingan pendidikan. Piaget sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yaitu interaksi semu alamiah (quasi alamiah) antara peneliti dengan anak yang diteliti.
e.       Observasi Naturalistik
Observasi Naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
           
Tantangan Riset
  1. Etika. Ahli psikologi pendidikan harus berhati-hati dalam memastikan kesehatan dan keamanan anak yang berpartisipasi dalam studi riset. Kode etik yang diadopsi oleh APA mewajibkan para periset untuk melindungi partisipan dari bahaya mental dan fisik. Peneliti harus mengutamakan kepentingan paling utama dari partisipan (Hoyle & Judd, 2002; Kimmel, 1996).
  2. Gender.
  3. Etnis dan Kultur.


DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.






                                                                                       

2 komentar:

  1. Makasih sob udah share, blog ini sangat membantu saya sekali .......................



    bisnistiket.co.id

    BalasHapus
  2. ok guys, sama-sama semoga bisa bermanfaat,,
    maaf baru rep, soalnya kemarin-kemarin lagi full activity,,

    :)

    BalasHapus